Minggu, 29 Mei 2011

SURAT DISPENSASI

KOP
Gondosari, 07 Pebruari 2011
Nomor : 400/ /408.63.2011/2011 Kepada:
Sifat : Penting Yth, Sdr
Lampiran : -
Perihal : DISPENSASI



Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala .............
Bersama ini kami atas nama Pemerintah Desa .... memohonkan ijin tidak masuk kerja bawahan saudara yang tersebut dibawah ini :

1. Nama :
2. Tempat ,tanggal lahir :
3. NIP :
4. Jabatan :
5. Alamat :
6. Keterangan :
7. Pada hari dan tanggal :

Demikian Surat Dispensasi ini di sampaikan harap menjadikan periksa dan atas pemberian ijin disampaikan terimakasih.

KEpala Desa

CV

CURRICULUM VITAE



DATA PRIBADI

Nama
Tempat,tanggal lahir
Agama
Pendidikan Terakhir
Kebangsaan
Jenis Kelamin
Status
Alamat

No.Telepon :


PENDIDIKAN FORMAL

2002-2004
1999-2002
1996-1999
1990-1996 :


PENGALAMAN KERJA

INDOMARCO
Karya Agung Motor :


PENGALAMAN ORGANISASI

PLAN :


Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum


Yang bersangkutan

PERSTISIDA ORGANIK

Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab dengan lingkungan.

Penggunaan pestisida organik juga harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan kesabaran serta ketelitian. Banyaknya pestisida organik yang disemprotkan ke tanaman harus disesuaikan dengan hama. Waktu penyemprotan juga harus diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan hama. Pestisida organik dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia. Untuk pencegahan adanya hama, penyemprotan dapat dilakukan secara periodik pada tanaman sayuran. Sebaiknya dalam waktu satu minggu sekali atau disesuaikan dengan ada tidaknya hama karena hama selalu berpindah..

Bahan baku Pestisida organik dapat diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe. Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring . Untuk cabe saat penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia. Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare. Kunyit, jahe, serai untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah.

Fungsi dari Pestisida Organik

Pestisida Organik memiliki beberapa fungsi, antara lain:

Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat
Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.
Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
Menghambat reproduksi serangga betina
Racun syaraf
Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga
Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga
Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri

Bahan dan Cara Umum Pengolahan Pestisida Organik

Bahan mentah berbentuk tepung (nimbi, kunyit, dll)
Ekstrak tanaman/resin dengan mengambil cairan metabolit sekunder dari bagian tanaman tertentu
Bagian tanaman dibakar untuk diambil abunya dan dipakai sebagai insektisida (serai, tembelekan/Lantana camara

MIMBA (Azadirachta indica)

Bahan Pestisida Organik ini mengandung senyawa aktif azadirachtin, meliantriol, dan salanin. Berbentuk tepung dari daun atau cairan minyak dari biji/buah. Efektif mencegah makan (antifeedant) bagi serangga dan mencegah serangga mendekati tanaman (repellent) dan bersifat sistemik. Mimba dapat membuat serangga mandul, karena dapat mengganggu produksi hormone dan pertumbuhan serangga.

Mimba mempunyai spectrum yang luas, efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies) antara lainL belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dll. Disamping itu dapat juga untuk mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan spora jamur gagal berkecambah. Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab: embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, karat daun dan bercak daun. Dan mencegah bakteri pada embun tepung (powdery mildew). Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal dari perkembangan serangga, disemprotkan pada dun, disiramkan pada akar agar bisa diserap tanaman dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah.

AKAR TUBA (Deris eliptica)

Senyawa yang telah ditemukan antara lain adalah retenon. Retenon dapat diekstrak menggunakan eter/aseton menghasilkan 2 – 4 % resin rotenone, dibuat menjadi konsentrat air. Rotenon bekerja sebagai racun sel yang sangat kuat (insektisida) dan sebagai antifeedant yang menyebabkan serangga berhenti makan. Kematian serangga terjadi beberapa jam sampai beberapa hari setelah terkenal rotenone. Rotenon dapat dicampur dengan piretrin/belerang. Rotenon adalah racun kontak (tidak sistemik) berpspektrum luas dan sebagai racun perut. Rotenon dapat digunakan sebagai moluskisida (untuk moluska), insektisida (untuk serangga) dan akarisida (tungau).

TEMBAKAU

Tembakau sebagai Pestisida Organik karena senyawa yang dikandung adalah nikotin. Ternyata nikotin ini tidak hanya racun untuk manusia, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk racun serangga Daun tembakau kering mengandung 2 – 8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida).

Cara Pembuatan Pestisida Organik

Mimba (Azadiracta indica)

Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2 genggam bijinya, kemudian ditumbuk. Campur dengan 1 liter air, kemudian diaduk sampai rata. Biarkan selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya harus ditambah dengan air sebagai pengencer. Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air. Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring. Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama tanaman.

Tembakau (Nicotium tabacum)

Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 – 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan dingin lalu saring.Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.

Tuba, Jenu (Derriseleptica)

Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.

Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)

Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2 – 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman.

Kucai (Allium schonaoresum)

Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.

Bunga Camomil (Chamaemelum spp)

Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk mencegah damping off atau penyakit rebah.

Bawang Putih (Allium sativum)

Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 – 10 hari. Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman,khususnya hortikultura.

Abu Kayu

Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak dengan tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit tanaman

Mint (Menta spp)

Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan tembakau. Kemudian giling sampai halus untuk diambil ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air secukupnya. Dari ekstrak tersebut bisa digunakan untuk memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman.

Kembang Kenikir (Tagetes spp)

Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 – 5 bagian air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.

Cabai Merah (Capsium annum)

Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.
(sumber mooca anak brawijaya)

KOMBINASI BAHAN ALAMI MENJADI PESTISIDA HAYATI SEBAGAI TEKNOLOGI TERAPAN DI DALAM DUNIA PERTANIAN

KOMBINASI BAHAN ALAMI MENJADI PESTISIDA HAYATI SEBAGAI TEKNOLOGI TERAPAN DI DALAM DUNIA PERTANIAN

OLEH :

1. Zainal Muttaqin
2. Samsidik
3. Tatu Hermawati

Di dalam dunia pertanian pestisida &
pupuk merupakan hal penting demi kelangsungan budidaya
dan tercapainya hasil panen yang berkualitas serta
bernilai ekonomis, sehingga di berbagai
daerah muncul manufer baru secara alami dalam membuat
penunjang kelangsungan pertanian,
seperti contoh teknologi budidaya padi secara organic
dengan dibuatnya pupuk organic dan
pestisida organic.

Pestisida organic sudah banyak dibuat oleh
kalangan petani maupun peneliti dengan
memperhatikan tiga sifat hama yang rentan terhadap
panas, pahit dan pedas, sehingga bahan
yang dibuat pun terkadang hanya memperhatikan ketiga
sifat itu saja tanpa melihat kerentanan
pestisida terhadap tanah.

Dari beberapa pemikiran, maka dirasa perlu
membuat hal baru dalam membuat pestisida. Tidak
hanya melihat sifat hama, akan tetapi memperhatikan
factor lingkungan juga. Oleh karena itu
dibuatlah pestisida yang
ramah lingkungan yaitu pestisida hayati dengan campuran urine.

Kenapa harus Pestisida hayati?. Pestisida
hayati adalah bahan yang digunakan untuk mengatasi
permasalahan Hama & Penyakit Tanaman secara alami
dan menggunakan bahan yang tersedia di
sekitar kita / alam. Jadi jelas alas an pestisida
hayati diangkat karena membantu petani dalam
merawat dan memberikan perlindungan terhadap tanaman
yang lebih murah dibandingkan
pestisida kimia namun
secara kegunaan sama.

=

Jadi jelas bahwa urine akan sangat membantu
dalam proses penyuburan di dalam tanah dan
menjaga lingkungan secara alami, sedangkan bahan
lainnya akan membantu dalam pengendalian
hama dan penyakit pada
tanaman khususnya padi sebagai sumber bahan makanan pokok.

Alat & Bahan Yang Di Gunakan Dalam Pembuatan Pestisida
Hayati :

Alat :

1. Ember Cat
Kecil
6. Plastik Hitam
2. Saringan
7. Karet Gelang
3. Linggis/cangkul
8. Alu/blender
4. Pisau
9. Gelas air
mineral
5. Gunting

Bahan :

1. Cabai Merah ¼ kg
2. Serai 10 helai
3. Laja 5 buah
4. Bawang Putih ½ gelondong
5. Terasi 50 gr
6. Tembakau 500 gr
7. Deterjen 50 g
8. Air Mineral 1 liter
9. Urine 240 ml

Teknik Pembuatan & Penyimpanan

Teknik Pembuatan :

1. Siapkan air
mineral sebanyak satu liter dalam ember, kemudian tambahkan deterjen dan aduk sampai merata.

2. Haluskan
cabai merah, laja,daun sirih & bawang putih, kemudian jadikan satu
dalam ember yang sudah di isi air & deterjen lalu aduk sampai
merata.

3. Tambahkan
tembakau & terasi kemudian aduk kembali.

4. Setelah
semua bahan tercampur tambahkan air seni yang sudah disiapkan kemudian
aduk
kembali sampai merata, tutup ember dengan rapat
menggunakan plastik dan diikat karet
gelang.

Penyimpanan :

1. Buat lubang
dalam tanah menggunakan linggis/cangkul sampai dengan 50 cm

2. Kemudian masukan ember yang berisikan bahan lengkap kedalam
tanah dengan ditambahkan sampah rumah tangga sebagai pelapis ember didalam
tanah.

3. Setelah
dalam kurun waktu 4-5 hari, keluarkan ember dari tanah, kemudian buka
tutup ember dan saring airnya untuk digunakan.

=

Hama Yang Dapat Dikendalikan

Pada dasarnya semua pestisida sama dalaam
penggunaannya, namun yang membedakan
spesifikasi bahan yang difokuskan untuk mengendalikan
hama tertentu dalam ekosistem tertentu
pula. Akan tetapi disini dicoba menggunakan bahan yang
lebih kompleks sehingga beberapa
hama dapat dikendalikan diantaranya adalah hama yang
sangat meresahkan pada ekosistem
sawah seperti :

Wereng
Batang Coklat (WBC),
belalang,
kepik,
ulat dan
telur keong mas.

Dosis & Anjuran Pestisida

1. Dosis
Pestisida dapat digunakan pada hama yang memiliki daya resisten rendah
dengan dosis 1:5 (seperti : WBC, Kepik hijau, laba-laba dan
belalang).

2. Sedangkan
pada hama yang memiliki daya resisten yang cukup tinggi, dosis yang digunakan 3:5 (seperti ulat & telur keong mas)

Cara Pemakaian

Pada dasarnya cara pemakaian pestisida ini sama dengan
pestisida lainnya, yaitu disemprotkan

kepada tanaman yang terserang oleh hama sesuai dengan dosis
dan anjuran yang berlaku.

Silahkan mencba!!!!!
(sumber wilman.web.id)

TANAH BENGKOK

Tanah bengkok (dibaca /bəŋkɔʔ/, bukan /bɛŋkɔʔ/) dalam sistem agraria di Pulau Jawa adalah lahan garapan milik desa. Tanah bengkok tidak dapat diperjualbelikan tanpa persetujuan seluruh warga desa namun boleh disewakan oleh mereka yang diberi hak mengelolanya.

Menurut penggunaannya, tanah bengkok dibagi menjadi tiga kelompok:

tanah lungguh, menjadi hak pamong desa untuk menggarapnya sebagai kompensasi gaji yang tidak mereka terima
tanah kas desa, dikelola oleh pamong desa aktif untuk mendanai pembangunan infrastruktur atau keperluan desa
tanah pengarem-arem, menjadi hak pamong desa yang pensiun untuk digarap sebagai jaminan hari tua. Apabila ia meninggal tanah ini dikembalikan pengelolaanya kepada pihak desa.

Tidak semua desa memiliki ketiga kelompok lahan tersebut. Bentuk lahan juga dapat berupa sawah ataupun tegalan, tergantung tingkat kesuburan dan kemakmuran desa
(wikipedia)

Senin, 23 Mei 2011

PENDAPATAN BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN TAHUN 2010

A.1. PERTANIAN Uraian
1. Jumlah rumah tangga petani 756 Keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga petani 3834 orang
3. Jumlah rumah tangga buruh tani 36 Keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga buruh petani 277 orang
5. Jumlah pendapatan perkapita dari sektor pertanian untuk setiap rumah tangga

A.2. PERKEBUNAN Uraian
1. Jumlah rumah tangga perkebunan 0 Keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga perkebunan 0 orang
3. Jumlah rumah tangga buruh perkebunan 0 Keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga buruh perkebunan 0 orang
5. Jumlah pendapatan perkapita dari sektor perkebunan untuk setiap rumah tangga

A.3. PETERNAKAN Uraian
1. Jumlah rumah tangga peternakan 953 Keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga peternakan 3590 orang
3. Jumlah rumah tangga buruh peternakan 0 Keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga buruh peternakan 0 orang
5. Jumlah pendapatan percapita dari sektor peternakan untuk setiap rumah tangga

A.4. PERIKANAN Uraian
1. Jumlah rumah tangga perikanan 1 Keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga perikanan 6 orang
3. Jumlah rumah tangga buruh perikanan 0 Keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga buruh perikanan 0 orang
5. Jumlah pendapatan percapita dari sektor perikanan untuk setiap rumah tangga

A.5. KERAJINAN Uraian
1. Jumlah rumah tangga pengrajin .............. Keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga pengrajin ................... orang
3. Jumlah rumah tangga buruh pengrajin .......... Keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga buruh pengrajin ................... orang
5. Jumlah pendapatan percapita dari sektor pengrajin untuk setiap rumah tangga

A.6. PERTAMBANGAN Uraian
1. jumlah rumah tangga pertambangan ....... Keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga pertambangan ................... orang
3. Jumlah rumah tangga buruh pertambangan .......... Keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga buruh pertambangan ................... orang
5. Jumlah pendapatan perkapita dari sektor pertambangan untuk setiap rumah tangga

A.7. KEHUTANAN Uraian
1. Jumlah rumah tangga kehutanan ............... keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga kehutanan ................ orang
3. Jumlah rumah tangga buruh kehutanan .............. keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga buruh kehutanan .................... orang
5. Jumlah pendapatan perkapita dari sektor kehutanan untuk setiap rumah tangga

A.8. INDUSTRI KECIL, MENENGAH DAN BESAR Uraian
1. Jumlah rumah tangga perkebunan .............. Keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga
perkebunan ................... orang
3. Jumlah rumah tangga buruh industri ........... Keluarga
4. Jumlah total anggota rumah tangga buruh
industri ................... orang
5. Jumlah pendapatan percapita dari sektor industri untuk setiap rumah tangga

A.9. JASA DAN PERDAGANGAN Uraian
1. Jumlah rumah tangga sektor jasa dan
perdagangan 12 Keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga jasa perdagangan 65 orang
3. Jumlah rumah tangga buruh jasa dan perdagangan 0 Keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga buruh jasa dan perdagangan 0 orang
5. Jumlah pendapatan percapita dari sektor jasa dan perdagangan untuk setiap rumah

DATA BAHAN GALIAN DI DESA GONDOSARI

DATA BAHAN GALIAN DI DESA GONDOSARI

No Uraian Keterangan
1 Batu kali Ada
2 Batu gunung Ada
3 Batu kapur Ada
4 Pasir Ada
5 Emas Tidak
6 Nikel Tidak
7 Belerang Tidak
8 Batu marmer Tidak
9 Batu cadas Ada
10 Batu apung Ada
11 Pasir kwarsa Ada
12 Batubara Tidak
13 Batu Granit Tidak
14 Batu Gamping Tidak
15 Mangan Ada
16 Batu Trass Tidak
17 Batu Putih Tidak
18 Pasir Batu Ada
19 Pasir Besi Tidak
20 Batu Gips Tidak
21 Minyak Bumi Tidak
22 Gas Alam Tidak
23 Kulit kerang Tidak
24 Timah Tidak
25 Tanah Garam Tidak
26 Biji Besi Tidak
27 Uranium Tidak
28 Bouxit Tidak
29 Tanah liat Ada

HASIL PERTANIAN DESA GONDOSARI TAHUN 2010

HASIL PERTANIAN DESA GONDOSARI TAHUN 2010

No Uraian Satuan Satuan
1 Jeruk 5 Ha 2 Ton/ha
2 Alpokat 0 Ha 0 Ton/ha
3 Mangga 7,2 Ha 6 Ton/ha
4 Rambutan 0,5 Ha 3 Ton/ha
5 Manggis 0 Ha 0 Ton/ha
6 Salak 0,2 Ha 1 Ton/ha
7 Apel 0 Ha 0 Ton/ha
8 Pepaya 3 Ha 7 Ton/ha
9 Belimbing 0 Ha 0 Ton/ha
10 Durian 0 Ha 0 Ton/ha
11 Sawo 0 Ha 0 Ton/ha
12 Duku 0 Ha 0 Ton/ha
13 Kokosan 0 Ha 0 Ton/ha
14 Pisang 5 Ha 7,5 Ton/ha
15 Markisa 0 Ha 0 Ton/ha
16 Lengkeng 0 Ha 0 Ton/ha
17 Semangka 0 Ha 0 Ton/ha
18 Limau 0 Ha 0 Ton/ha
19 Jeruk nipis 0 Ha 0 Ton/ha
20 Melon 0 Ha 0 Ton/ha
21 Jambu air 0,5 Ha 1.7 Ton/ha
22 Nangka 3 Ha 4 Ton/ha
23 Sirsak 0,3 Ha 0,7 Ton/ha
24 Kedondong 1 Ha 0,6 Ton/ha
25 Anggur 0 Ha 0 Ton/ha
26 Melinjo 13 Ha 1,3 Ton/ha
27 Nenas 1 Ha 0,8 Ton/ha
28 Jambu klutuk 0,5 Ha 1 Ton/ha
29 Murbei 0,5 Ha 0,3 Ton/ha

SURAT KEHILANGAN

LOGO DAN KOP

SURAT KETERANGAN KEHILANGAN
NOMOR : 470.1/ /408.63.2011/2011



Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Desa - Kecamatan - Kabupaten -.
Dengan ini Menerangkan bahwa :

1.N a m a : ……………………………………………………………
2.Tempat Tanggal lahir : ……………………………………………………………
3.NIK : ……………………………………………………………
4.Nama KK : ……………………………………………………………
5.Alamat : RT. RW. Dusun-
Desa : -
Kecamatan : -
Kabupaten : -
Propinsi : -
6.Keterangan :……………………………………………………………

Demikian Surat keterangan ini diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya hendaknya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.



Gondosari,……………………..201-
KEPALA DESA -


-

SYARAT PENGURUSAN JASA RAHARJA

KEPERLUAN PENGURUSAN JASA RAHARJA

NO URAIAN
1 KTP KORBAN
2 KARTU KELUARGA (KK0
3 SURAT NIKAH
4 SURAT KETERANGAN KEMATAN DARI PUSKESMAS
5 SURAT KETERANGAN KEMATAN DARI DESA
6 AKTA KELAHIRAN
7 REKENING BRI (KORBAN/ANAK)

KODE WILAYAH

Desa
Nama Gondosari
Kode Wilayah : 35.01.03.2011
Nama Kecamatan: Punung
Kabupaten : Pacitan
Propinsi : Jawa Timur

Jumat, 20 Mei 2011

BERITA ACARA JUAL BELI TANAH DARI DESA

BERITA ACARA JUAL BELI TANAH
Nomor. 581/ / 408.632011/2010


Pada hari ini …………………tanggal …………………………telah terjadi jual beli tanah
Nama : ………………………………………………………..
No. SPPT : ………………………………………………………..
Persil : ………………………………………………………..
Luas : ………………………………………………………..
Alamat : ………………………………………………………..
Tanah tersebut diatas dijual kepada :
Nama : ………………………………………………………..
Umur : ………………………………………………………..
Pekerjaan : ………………………………………………………..
Alamat : ………………………………………………………..
Dengan harga : Rp. ……………………………………………………
Demikian berita acara ini dibuat atas dasar yang sebenarnya dan hendaknya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

DAERAH ……………..2010
Pihak Pertama Pihak Kedua



Mengetahui
Kepala Desa




SAKSI-SAKSI TANDA TANGAN

SURAT DOMISILI DARI DESA

KETERANGAN DOMISILI
Nomor : 390.1/ / 408.63.2011/2011


Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Desa Kecamatan Kabupaten menerangkan bahwa :

1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :
4. Pekerjaan :
5. Alamat : RT RW Dusun Desa
Kecamatan Kabupaten .

Orang Tersabut diatas benar-benar Penduduk Desa Kecamatan Kabupaten , mengajukan permohonan pinjam uang ke Unit Kecamatan / Cabang
Sebesar Rp :

( ……………………………………………………………………………)

Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


Gondosari, …………………………2010
.KEPALA DESA






SUSUNAN PENGURUS FORUM PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA)

NO KEDUDUKAN  NAMA / JABATAN 
1 2 3
1 PENANGGUNG JAWAB / PENASEHAT KEPALA DESA DAN KETUA LKMD
2 KETUA SITI KHOIRIYAH 
  WAKIL KETUA DWI ASTUTI
3 SEKRETARIS  EDI PRABOWO
  WAKSEK YANI SRI WAHYUNI
4 BENDAHARA I SRI MULYANI
  BENDAHARA II SUWARTI 
5   PENYELENGGARA  
  a. Pokja Keagamaan   
    Ketua  BOMIN
    Anggota MAHMUD
  b. Pokja KB dan Kesehatan  
    Ketua  TRI UTAMI
    Anggota MURTINA
  c. Pokja Pendidikan  
    Ketua  HARYATI
    Anggota YAYUK SETYOWATI
  d. Pokja Kewirausahaan  
    Ketua  ABDUL RONI
    Anggota MISNO
  e. Pokja Lingkungan   
    Ketua  ANDRI
    Anggota JUMINGAN
  f. Pokja Organisasi Daya dan Usaha  
    Ketua  AMIN
    Anggota SIDIK SUHARGO
  g. Pokja Seni dan Budaya  
    Ketua  SULARNO
    Anggota SLAMET
      ASIH TRI W

Selasa, 17 Mei 2011

PENYAKIT BERCAK DAUN PADA PADI

Penyakit bercak daun cercospora sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot) disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae Miyake. Penyakit bercak daun cercospora merupakan penyakit yang sangat merugikan terutama pada sawah tadah hujan yang kahat kalium.

Penurunan hasil akibat penyakit ini disebabkan oleh keringnya daun sebelum waktunya dan keringnya pelepah daun yang menyebabkan kerebahan tanaman. Penyakit bercak daun tersebar diseluruh negara penghasil padi di Asia Tenggara, Jepang, Cina, Amerika Serikat, Amerika Tengah, dan Afrika. Di Indonesia penyakit bercak daun tersebar diseluruh daerah penghasil padi di Jawa. Di Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini tersebar merata di Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon.
Biologi dan ekologi

Gejala penyakit timbul pada daun berupa bercak-bercak sempit memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang berat bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun mengering. Infeksi yang terjadi pada pelepah dan batang meyebabkan batang dan pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah.



Jamur penyebab penyakit bercak daun mengadakan penetrasi ke jaringan melalui stomata. Miselia berkembang di dalam jaringan parenkhima dan di dalam sel-sel epidermis. Jamur mampu bertahan dalam jerami atau daun sakit. Perkembangan penyakit bercak daun cercospora sangat dipengaruhi oleh faktor ketahanan varietas dan pemupukan. Varietas tahan sangat efektif menekan perkembangan penyakit bercak daun cercospora. Pada varietas yang tahan, bercak lebih sempit, lebih pendek, dan lebih tua warnanya.

Pengendalian

Prioritas utama dalam pengendalian penyakit bercak daun cercospora adalah dengan penanaman varietas tahan dan perbaikan kondisi tanaman. Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan varietas Ciherang dan Membramo tergolong tahan, sedang IR64 dan Widas tergolong rentan. Pemupukan N, P, dan K yang mencukup kebutuhan tanaman sangat efektif menekan perkembangan penyakit. Penyemprotan fungisida difenoconazol satu kali dengan dosis 1 cc per satu liter air volume semprot 400-500 l /ha pada stadium anakan maksimum, menekan perkembangan penyakit bercak daun cercospora hingga 32,10%.

PENYAKIT BLAS YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR

Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan penyakit penting terutama pada padi gogo tersebar di seluruh daerah pengahsil padi gogo di Indonesia. Daerah endemik penyakit blas di Indonesia adalah Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tangah, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jalur Pantura Jawa Barat. Penyebab penyakit dapat menginfeksi tanaman pada semua stadium tumbuh dan menyebabkan tanaman puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast).Biologi dan Ekologi

Gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.

Penularan penyakit terutama terjadi melalui konidia yang terbawa angin. Konidia dibentuk dan dilepas waktu malam, meskipun serimg terjadi siang hari sehabis turun hujan. Konidium ini hanya dilepaskan jika kelembaban nisbi udara lebih tinggi dari 90%. Pelepasan terjadi secara eksplosif, karena pecahnya sel kecil di bawah konidium sebagai akibat dari pengaruh tekanan osmotik. Penetrasi kebanyakan terjadi secara langsung dengan menembus kutikula. Permukaan atas daun dan daun-daun yang lebih muda lebih mudah dipenetrasi. Patogen P. oryzae dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman dan gabah dalam bentuk miselium dan konidium.

Tingkat keparahan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kelebihan nitrogen dan kekurangan air menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kedua faktor tersebut menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen kedalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi patogen. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi.


Perkecambahan konidium Pyricularia grisea memerlukan air. Jangka waktu pengembunan atau air hujan merupakan kondisi yang sangat menentukan bagi konidium yang menempel pada permukaan daun untuk berkecambah dan selanjutnya menginfeksi jaringan tanaman. Bila kondisi sangat baik yaitu periode basah lebih dari 5 jam, sekitar 50% konidium dapat menginfeksi jaringan tanaman dalam waktu 6-10 jam. Suhu optimum untuk perkecambahan konidium dan pembentukan apresorium adalah 25-28 C.

Pengendalian

Usaha pengendalian penyakit blas yang sampai saat ini dianggap paling efektif adalah dengan varietas tahan. Varietas Limboto, Way Rarem, dan Jatiluhur di beberapa tempat di Purwakarta, Subang, dan Indramayu tergolong tahan terhadap penyakit blas leher. Patogen P. grisea sangat mudah membentuk ras baru yang lebih virulen dan ketahanan varietas sangat ditentukan oleh dominasi ras patogen. Hal ini menyebabkan penggunaan varietas tahan sangat dibatasi oleh waktu dan tempat. Artinya varietas yang semula tahan akan menjadi rentan setelah ditanam beberapa musim dan varietas yang tahan di satu tempat mungkin rentan di tampat lain. Ketahanan varietas yang hanya ditentukan oleh satu gen (monogenic resistant) mudah terpatahkan. Untuk itu pembentukan varietas tahan yang memiliki lebih dari satu gen tahan (polygenic resistant) sangat diperlukan. Penggunaan varietas harus disesuaikan dengan kondisi struktur populasi ras yang ada. Pergiliran varietas dengan varietas unggul lokal yang umumnya tahan terhadap penyakit blas sangat dianjurkan. Penyakit blas merupakan penyakit yang terbawa benih (seed borne pathogen), maka untuk mencegah penyakit blas dianjurkan tidak menggunakan benih yang berasal dari daerah endemis penyakit blas.

Mengingat ketahanan varietas terhadap penyakit blas tidak bisa berlangsung lama maka penggunaan varietas tahan perlu didukung dengan komponen pengendalian lain. Fungisida merupakan teknologi yang sangat praktis dalam mengatasi penyakit blas, namun sering kali menimbulkan efek samping yang kurang baik diantaranya menimbulkan resistensi patogen dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu agar fungisida dapat digunakan seefektif mungkin dengan efek samping yang sekecil mungkin, maka fungisida harus digunakan secara rasional yaitu harus diperhitungkan tentang jenis, dosis, dan waktu aplikasi yang tepat. Beberapa jenis fungisida yang dianjurkan untuk mengendalikan penyakit blas adalah Topsin 500 F, Topsin 70 WP, Kasumiron 25/1 WP, dan Delsene MX 80 WP. TERSEDIA DI KIOS 88

SUMBER : DEPTAN
Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama padi di Indonesia. Penyakit ini selalu ditemukan pada setiap musim tanam dengan kategori infeksi ringan sampai sedang. Pada musim hujan, lebih dari 60% tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami kerebahan akibat diinfeksi cendawan H. Sigmoideum. Kerebahan menyebabkan persentase gabah hampa meningkat. Kehilangan hasil padi akibat penyakit busuk batang 25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada varietas padi beranakan banyak yang ditanam pada lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek. Umumnya penyakit ini kurang mendapat perhatian, karena dianggap sebagai gangguan yang bersifat klasik dan biasa-biasa saja.Biologi dan Ekologi

Gejala penyakit diawali dengan bercak kecil kehitaman pada pelepah bagian luar di atas batas permukaan air, selanjutnya bercak membesar. Cendawan penyebab penyakit menembus bagian dalam pelepah dan menginfeksi batang sehingga menyebabkan busuk pada batang dan pelepah. Cendawan penyebab busuk batang menghasilkan sklerosia yang berbentuk bulat kecil berwarna hitam. Sklerosia banyak terdapat pada bagian dalam batang padi yang membusuk.

Selama kondisi lingkungan kurang menguntungkan, cendawan menghasilkan sklerosia secara berlimpah sebagai alat untuk bertahan hidup. Sklerosia tersimpan dalam tunggul dan jerami sisa panen. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit busuk batang pada musim tanam berikutnya.

Pengendalian

Fungisida berbahan aktif difenoconazol dianjurkan untuk mengendalikan penyakit busuk batang. Pengendalian dengan teknik pengelolaan lingkungan yang dilaporkan dapat menekan penyakit busuk batang diantaranya adalah: jerami dan tunggul dari tanaman yang terinfeksi diangkut keluar petakan sawah dan dibakar, pengeringan sawah secara berkala, pemupukan komplit dan nitrogen diberikan sesuai kebutuh tanaman, jarak tanam tidak terlalu rapat, dan memilih varietas padi yang tidak mudah rebah.

SUMBER : DEPTAN

HAWAR PELEPAH PADA PADI

Hawar pelepah padi menjadi penyakit yang semakin penting di beberapa negara penghasil padi. Di Indonesia, hawar pelepah mudah ditemukan pada ekosistem padi dataran tinggi sampai dataran rendah. Gejala penyakit dimulai pada bagian pelepah dekat permukaan air. Gejala berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih pucat. Semenjak dikembangkan varietas padi yang beranakan banyak dan didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan terutama nitrogen, serta cara tanam dengan jarak yang rapat menyebabkan perkembangan hawar pelepah semakin parah. Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.

Biologi dan Ekologi

Penyakit hawar pelepah mulai terlihat berkembang di sawah pada saat tanaman padi stadia anakan maksimum dan terus berkembang sampai menjelang panen, namun kadang tanaman padi di pembibitan dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan tanah, sehingga disamping dapat bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada tanaman padi, cendawan ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija yang biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan. Cendawan ini bertahan di tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium yang dorman. Sklerosia banyak terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada seresah tanaman yang lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar pelepah pada musim tanam berikutnya.Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber inokulum penyakit hawar pelepah selalu tersedia sepanjang musim.

Pengendalian

Hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kuhn.) dapat dikendalikan secara kimia, biologi, dan teknik budidaya.
Pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl, difenoconazol, mankozeb, dan validamycin dengan dosis 2cc atau 2g per satu liter air dapat menekan perkembangan cendawan R. solani Kuhn dan keparahan hawar pelepah.

Pengendalian secara biologi dengan penyemprotan beberapa bakteri antagonis dapat mengurangi tingkat keparahan hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang sudah terdekomposisi sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio ±10) dengan dosis 2 ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah dan menghambat laju perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman.

Pengendalian dengan teknik budidaya diantaranya yaitu menerapkan jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan komplit dengan pemberian nitrogen sesuai kebutuhan, serta didukung oleh cara pengairan yang berselang. Cara ini dapat menekan laju infeksi cendawan R. solani pada tanaman padi. Disamping itu, pengurangan sumber inokulum di lapangan dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap gulma-gulma disekitar sawah.

SUMBER : DEPTAN

Senin, 16 Mei 2011

PENGGEREK BATANG PADI

Penggerek batang padi terdapat sepanjang tahun dan menyebar di seluruh Indonesia pada ekosistem padi yang beragam. Intensitas serangan penggerek batang padi pada tahun 1998 mencapai 20,5% dan luas daerah yang terserang mencapai 151.577 ha. Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada stadia vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru.Berdasarkan simulasi pada stadia vegetatif, tanaman masih sanggup mengkompensasi akibat kerusakan oleh penggerek sampai 30%. Gejala serangan pada stadia generatif menyebabkan malai muncul putih dan hampa yang disebut beluk. Kerugian hasil yang disebabkan setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1,2%. Kerugian yang besar terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan stadia tanaman bunting.


Biologi dan Ekologi

Di Indonesia telah dikenal 6 jenis penggerek batang padi, yang terdiri dari 5 jenis famili Pyralidae dan 1 jenis famili Noctuidae. Ke-6 jenis penggerek batang padi tersebut adalah:
Penggerek batang padi kuning, Scirpophaga incertulas (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi putih, Scirpophaga innotata (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi bergaris, Chilo suppressalis (Walker) (Lepidoptera: (Pyralidae)
Penggerek batang padi kepala hitam, Chilo polychrysus Meyrick (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi berkilat, Chilo auricilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi merah jambu, Sesamia inferens (Walkers) (Lepidoptera: (Noctuidae).

Jenis-jenis penggerek batang padi ini memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologi, namun hampir sama dalam cara menyerang atau menggerek tanaman serta kerusakan yang ditimbulkannya.


Penggerek Batang Padi Kuning

Telur
Jumlah telur 50-150 butir/kelompok
Ditutupi rambut halus berwarna coklat kekuningan
Diletakkan malam hari (pukul 19.00-22.00) selama 3-5 malam sejak malam pertama
Keperidian 100-600 butir tiap betina
Stadium telur 6-7 hari

Larva
Putih kekuningan sampai kehijauan
Panjang maksimum 25 mm
Stadium larva 28-35 hari
Terdiri atas 5-7 instar

Pupa
Kekuning-kuningan atau agak putih
Kokon berupa selaput benang berwarna putih
Panjang 12-15 mm
Stadium pupa 6-23 hari

Imago/Ngengat
Ngengat jantan mempunyai bintik-bintik gelap pada sayap depan
Ngengat betina berwarna kuning dengan bintik hitam di bagian tengah sayap depan
Panjang ngengat jantan 14 mm dan betina 17 mm
Ngengat aktif pada malam hari dan tertarik cahaya
Jangkauan terbang dapat mencapai 6-10 km
Lama hidup ngengat 5-10 hari dengan siklus hidup 39-58 hari



Gejala tanaman padi terserang penggerek batang pada stadia vegetatif/sundep dan pada stadia generatif/beluk

 ngengat penggerek batang padi kuning dan penggerek batang padi putih

Larva keluar melalui 2-3 lubang yang dibuat pada bagian bawah telur menembus permukaan daun. Larva yang baru muncul (instar 1) biasanya menuju bagian ujung daun dan menggantung dengan benang halus atau membuat tabung kecil, terayun oleh angin dan jatuh kebagian tanaman lain atau permukaan air. Larva kemudian bergerak ke tanaman melalui celah antara pelepah dan batang.

Selama hidupnya larva dapat berpindah dari satu tunas ke tunas lainnya dengan cara membuat gulungan ujung daun, menjatuhkan diri ke permukaan air dan memencar ke rumpun yang lain.

Larva instar akhir tinggal di dalam batang sampai stadium pupa. Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang keluar pada pangkal batang dekat permukaan air atau tanah, yang ditutupi membran tipis untuk jalan keluar setelah menjadi imago.

Karakteristik penggerek batang padi kuning:
Kelompok telur diletakkan pada daun bagian ujung
Hanya seekor larva dalam satu tunas
Pupa berada di dalam pangkal tunas di bawah permukaan tanah
Tanaman inang utama adalah padi dan tanaman padi liar

Perubahan kepadatan populasi penggerek batang padi kuning di lapangan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim (curah hujan, suhu, kelembaban), varietas padi yang ditanam, dan musuh alami yaitu parasitoid, predator, dan patogen.


Penggerek Batang Padi Putih

Telur
Jumlah telur 170-260 butir/kelompok
Diletakkan dipermukaan atas daun atau pelepah
Mirip telur penggerek batang padi kuning
Ditutupi rambut halus, berwarna coklat kekuning-kuningan
Stadium telur 4-9 hari

Larva
Mirip larva penggerek batang padi kuning
Panjang maksimal 21 mm
Putih kekuningan
Stadium larva 19-31 hari (kalau mengalami diapause dapat berlangsung 3 bulan)

Pupa
Stadium pupa 6-12 hari

Imago/Ngengat
Warna putih
Panjang betina 13 mm dan jantan 11 mm
Tertarik cahaya

Pada musim kemarau larva instar akhir tidak langsung menjadi pupa, tetapi mengalami diapause dalam pangkal batang singgang atau tunggul. Hal ini biasanya terjadi di daerah tropis yang memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas. Lamanya istirahat tergantung pada lamanya musim kemarau.

Setelah turun hujan dan tanah lembab, larva yang berdiapause akan menjadi pupa dan selanjutnya menjadi ngengat. Ngengat keluar dari pupa dalam periode waktu yang relatif bersamaan dan meletakkan telur di persemaian.

Karakteristik penggerek batang padi putih:
Kelompok telur, larva, dan pupa mirip penggerek batang padi kuning
Larva mampu berdiapause selama musim kemarau di dalam pangkal batang singgang/tunggul
Masa terbang ngengat pada awal musim hujan terjadi hampir bersamaan
Tanaman inang adalah padi, padi liar, beberapa jenis rumput dan tebu

Dinamika populasi penggerek batang padi putih sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan terutama faktor iklim (curah hujan), irigasi, dan musuh alami.


Penggerek Batang Padi Bergaris

Telur
Jumlah telur 20-150 butir/kelompok
Diletakkan di permukaan bawah daun bagian pangkal atau pelepah
Seperti sisik
Warna putih, tidak ditutupi rambut
Stadium telur 4-7 hari

Larva
Warna abu-abu , kepala coklat dengan 5 garis coklat sepanjang tubuhnya
Panjang maksimal 26 mm
Beberapa larva dalam tiap tunas
Stadium larva 33 hari

Pupa
Coklat tua
Stadium pupa 6 hari

Imago/Ngengat
Kepala berwarna coklat muda
Warna sayap depan coklat tua
Vena sayap nampak jelas
Panjang 1,3 mm

Tanaman inang penggerek batang padi bergaris terutama adalah padi, padi liar, jagung, dan beberapa jenis rumput.


Penggerek Batang Padi Berkepala Hitam

Telur
Berkelompok
Pada daun dekat pangkal/pelepah
Tidak tertutup sisik
Stadium telur 6 hari

Larva
Kepala hitam
Stadium larva 30 hari
Panjang 18-24 mm
Beberapa larva tiap tunas

Pupa
Coklat tua
Stadium pupa 6 hari

Imago/Ngengat
Kepala hitam
Sayap depan bersisik, bagian tengah keperakan
Sayap belakang kuning muda
Panjang 10-13 mm

Siklus hidup berlangsung selama 26-61 hari. Tanaman inang penggerek batang padi bergaris adalah padi, padi liar, jagung, tebu, sorgum, dan beberapa jenis rumput.


Penggerek Batang Padi Merah Jambu

Telur
Dalam barisan, mirip manik-manik, diantara pelepah daun batang padi
2-3 baris/kelompok
30-100 butir/kelompok
Tidak tertutup sisik
Stadium telur 6 hari

Larva
Kepala merah jambu
Panjang maksimal 35 mm
Beberapa larva tiap tunas
Stadium larva 28-56 hari

Pupa
Coklat tua
Panjang 18 mm
Pada pelepah atau batang
Stadium pupa 8-11 hari

Imago
Coklat
Sayap depan bergaris coklat tua memanjang
Sayap belakang putih
Panjang 14-17 mm
Kurang tertarik cahaya

Siklus hidup berlangsung 46-83. Hama ini bersifat polifag dan dapat hidup pada tanaman inang: padi, tebu, jagung, sorghum, padi liar, Panicum sp. dan Paspalum sp.






Pengendalian

A. Daerah Serangan Endemik

Pengaturan Pola Tanam
Dilakukan penanaman serentak, sehingga tersedianya sumber makanan bagi penggerek batang padi dapat dibatasi.
Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi sehingga dapat memutus siklus hidup hama.
Pengelompokan persemaian dimaksudkan untuk memudahkan upaya pengumpulan telur penggerek secara masal.
Pengaturan waktu tanam yaitu pada awal musim hujan tanam varietas genjah, dan pada pertengahan musim hujan tanam varietas dalam berumur > 120 hari.

Pengendalian Secara Fisik dan Mekanik
Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen. Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati.
Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di persemaian dan di pertanaman.

Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami baik parasitoid, predator, maupun patogen.
Konservasi musuh alami dengan cara menghindari aplikasi insektisida secara semprotan.

Pengendalian Secara Kimiawi
Apabila diperlukan sebagai alternatif pada fase vegetatif penggunaan insektisida dapat dilakukan pada saat ditemukan kelompok telur rata-rata >1 kelompok telur/3 m2 atau intensitas serangan rata-rata > 5%. Bila tingkat parasitisasi kelompok telur pada fase awal vegetatif >50% tidak perlu aplikasi insektisida.
Penggunaan insektisida butiran di persemaian dengan dosis 5 kg/500 m2 bila dijumpai kelompok telur (Wasiati A et al., 2002).
Penggunaan Seks Feromon
Dipakai untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang berdasarkan ngengat yang tertangkap.
Dapat dipakai untuk menentukan waktu aplikasi insektisida (Bila tangkapan feromon sebanyak 100 ekor/minggu).
Dapat dipakai untuk pengendalian penggerek batang padi putih yaitu dengan cara mass trapping (penangkapan masal): 9-16 perangkap/ha.
SUMBER : DEPTAN

PROPOSAL MASJID

PANITIA RENOVASI MASJID
‘...........................................”
DESA ..... KECAMATAN ..... KABUPATEN .....
 

      ..... , 31 Mei 2008
Kepada :
PT. .....
Di
    Jakarta


S U R A T   P E N G A N T A R
NOMOR : 01/05/RISMA/2008

NO
URAIAN
JUMLAH
KETERANGAN
1.




Pengajuan Proposal bantual pembangunan Masjid .....
1 bendel
Di kirim dengan hormat untuk mendapatkan respon dan bantuan untuk renovasi Masjid .....

           
 Sekretaris



.....

              Mengetahui                                                               Ketua Pembangunan
        Kepala Desa .....              Kepala Dusun   .....                  Masjid .....     





KATA PENGANTAR



Dengan memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulisan proposal ini dapat tersusun dengan lancar.
Masjid merupakan sarana yang sangat penting dan startegis yang menentukan tingkat keimanan dan ketaqwaan warga masyarakat ..... khususnya dan lingkungan pada umumnya.
Salah satu indikator suatu bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat keimanan yang stabil bangsa yang maju adalah bangsa yang beriman suatu masyarakat yang bertaqwa, oleh karena itu masjid merupakan sarana yang tepat untuk memenuhi kebutuhan umat beragama islam yang mutlak. Berbagai upaya dilakukan untuk memperoleh bantuan, guna merenovasi masjid ..... , Dusun ..... Desa ..... yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Dengan tersusunnya proposal yang sangat sederhana ini, mudah-mudahan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam memberikan bantuan sebagaimana yang diharapkan. Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksanannya penyusunan proposal ini , tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih.
           ..... , 31 Mei 2008

                                                                                             Penyusun


                                                                   DAFTAR ISI


Halaman Judul                    ........................................................................................                  i
Surat Pengantar                  .......................................................................................       ii
Kata Pengantar                   .......................................................................................      iii
Daftar Isi                            ......................................................................................        iv
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar belakang .......................................................................................         1
B.     Tujuan pembangunan ............................................................................         1
C.     Usaha-usaha yang dilakukan..................................................................         1
D.     Pendukung ............................................................................................         2
BAB II MEKANISME KERJA
A.     Income dan Tata Kerja.............................................................................      3
B.     Organisasi Personalia..............................................................................       4
BAB III ANALISA BIAYA
A.     Rencana Biaya Renovasi..........................................................................      5
B.     Sumeber Material Yang Lain....................................................................     5
BAB IV PENUTUP
                   Kesimpulan Dan Harapan......................................................................        6
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.     Susunan Panitia .....................................................................................        7
B.     Peta Lokasi ............................................................................................        8


  
BABI
PENDAHULUAN


A.     LATAR BELAKANG
             Pada masa yang serba sulit ini kita diuji oleh Allah SWT tentang sikap kita, iman kita ketaqwaan kita serta perbuatan kita untuk beramal baik.
             Membangun keimanan saja rasanya banyak sekali sekali kesulitan-kesulitan yang kita hadapi apabila membangun sarana dan prasarana, untuk itu kita harus dituntut untuk sedapat mungkin melaksanakannya.
             Didusun kami untuk membangun sarana ibadah saja sulit. Pada kesempatan ini kami melihat peluang untuk merenovasi sarana ibadah ..... . Dari situlah yang melatar belakangi kami membuat proposal ini guna mendapatkan dana maupun material demi untuk merenovasi Masjid ..... .
B.     TUJUAN PEMBANGUNAN
             Membangun dan menyiapkan sarana atau ibadah yang sangat baik dan layak  karena itu semua mempengaruhi dari keberhasilan pendidikan Islam dan remaja Islam ..... serta kekhusukkan dalam beribadah bagi masyarakat di desa kami.
C.     USAHA-USAHA YANG DILAKUKAN
             Untuk mengantisipasi masalah diatas kami atas nama panitia pembangunan melakukan usaha-usaha sebagai berikut :
1.       Mengumpulkan infaq berdasarkan keikhlasan kepada masyarakat maupun mengedarkan donatur kewilayah lain.
2.       Menggali sumbangan dari para dermawan yang tidak mengikat.
3.       Menjalin koordinasi antar lembaga baik pemerintah daerah pusat maupun lembaga swasta.
4.       Menerima bantuan / wakaf baik berupa finansial maupun material.
D.   PENDUKUNG
1.       .....
2.       ..... .
3.       .....

E.     KEGUNAAN PROPOSAL
         Proposal ini dibuat untuk diajukan untuk permohonan bantuan dana maupun material guna pembangunan / renovasi masjid ..... demi untuk meningkatkan ibadah warga   ..... .

  
BAB II
MEKANISME KERJA

A.     INCOME DAN TATA KERJA
      Dalam rangka pembangunan Masjid Baitur ..... , membutuhkan dana dan biaya yang cukup besar, sedangkan kami selaku panitia pembangunan masjid belum mampu mengangkat dari keseluruhan biaya sesuai dengan rencana anggaran biaya (RAB).
a.       Adapun dari dana yang kami butuhkan untuk persiapan yang kami miliki antara lain :
1.       Tanah beserta bangunan masjid lama seluas ..... m2 tanah wakaf dari warga masyarakat.
2.       ..... senilai Rp. ..... ,-
b.       Jumlah dana.
Jumlah dana yang dibutuhkan adalah Rp. ..... ,-. Rincian rencana anggaran biaya pembangunan masjid Baitur .....  tersebut dalam lampiran proposal ini.
c.       Metode pelaksanaan.
-          Melaksanakan penyebaran informasi mengenai perencanaan serta kegiatan yang ada di Masjid kepada masyarakat Islam pada umumnya kepada Lembaga pemerintah / swasta setempat.
-          Mengumpulkan dana dari bantuan perorangan, pengusaha, pemerintah maupun swasta.
d.      Recana Operasional.
1.       Persiapan.
·         Rapat organisasi panitia.
·         Penyampaian dan penyebaran informasi.
·         Pengumpulan dana dan pelaksanaan pembangunan.
2.       Pelaksanaan.
·         Penentuan pelaksanaan pembangunan dan kegiatan oleh tim pelaksana.
·         Pengawasan pelaksanaan kegiatan.
·         Dokumentasi.


B.     ORGANISASI DAN PERSONALIA
Takmir                   : .....
Sekretaris              : .....
Bendahara             : .....
Seksi Umum         : .....
               

BAB III
ANALISA DATA


A.     SUMBER DANA RENOVASI.

NO
JENIS
VOLUME
HARGA SATUAN
TOTAL HARGA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Batu Pondasi
Pasir
Koral
Semen
Besi
Paku
Kayu papan
Kaso
Reng
Genting
Pintu
Jendela
Cat Tembok
Esel
Selot
Grendel
Sewa Gergaji
8 3
12 3
3 3
50 Sak
16 Batang
8 Kg
20 Buah
800 m
900 m
3500 buah
4 buah
8 buah
25 Kg
32 biji
3 buah
8 buah
1 hari
Rp      60.000
Rp      80.000
Rp      80.000
Rp      35.000
Rp      38.000
Rp      12.000
Rp        7.500
Rp        2.000
Rp        1.000
Rp           700
Rp     200.000
Rp     125.000
Rp       10.000
Rp         2.500
Rp       40.000
Rp         2.000
Rp      140.000
Rp  




Rp  


B.     SUMBER MATERIAL YANG LAIN.
Dukungan masyarakat guna mencapai tujuan seperti bambu kayu dan lain-lain.


BAB IV
PENUTUP


KESIMPULAN DAN HARAPAN.
            Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa melihat dari segi pembiayaan yang begitu banyak. Sedangkan kondisi keuangan masyarakat yang begitu lemah, maka kami sepakat untuk meminta uluran btangan bapak demi tercapainya rencana kami untuk merenovasi Masjid ..... , berupa dana maupun material dengan harapan semoga amal budi baik bapak akan selalu kami kenang selama-lamanya.
            Besar harapan kami untuk terwujudnya bantuan ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan banyak terima kasiH.